Renungan (Ester 4:16)

… kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati (Ester 4:16).

Bersama dengan Rut, tokoh Ester adalah sedikit dari sekian banyak perempuan yang dicatat sebagai tokoh utama dalam satu Kitab. Dalam Kitab Rut kita melihat bahwa hampir semua persoalan harus ditanggung oleh Rut dan Naomi, namun sebenarnya Tuhanlah yang bekerja di balik semuanya itu merajut kehidupan Rut dan menyediakan masa depan. Dibandingkan dengan Kitab Rut, Kitab Ester lebih lagi menyatakan gambaran yang seolah Tuhan tidak hadir. Ya, kita tidak mendapati nama Tuhan dalam Kitab Ester, semuanya diserahkan sepenuhnya kepada manusia. Apakah ini berbenturan dengan gambaran Allah dalam Kitab Keluaran, di mana kita membaca bahwa Tuhanlah yang bekerja dari awal sampai dengan akhir dan umat Israel cenderung ‘diam saja’ menantikan pertolongan Tuhan? Jawabannya adalah tentu saja tidak. Bagaimana kita mengerti paradoks ini?

Continue reading

Tiga minggu lalu sudah kita bahas sampai ayat 23 dan ayat 24 coba kita review sedikit, di situ Yesus memberikan satu pengajaran yang paradoks, waktu Dia mengatakan, barang siapa yang menyelamatkan nyawanya akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Yesus, dia justru akan menyelamatkannya. Bagian ini berkait sangat erat dengan ayat sebelumnya waktu kita membaca ayat 23, Yesus menantang murid-muridNya dan saya percaya kita semua juga untuk mengikut Dia, menyangkal diri, memikul salib setiap hari, sebagai satu gambaran ekspresi mengikut Yesus. Ajakan ini kalau kita dengar begitu saja seperti tampak menakutkan, membuat kita memiliki hati yang takut dan gentar, apalagi dengan satu gambaran salib. Kita tahu di dalam kebudayaan pada saat itu, salib adalah kematian yang sangat menakutkan, itu adalah kematian yang dipakai oleh orang-orang Romawi untuk menyiksa, mempermalukan mereka yang dianggap musuh-musuh dari kerajaan Romawi, lalu Yesus memakai metafora ini untuk kita sekarang, karena kita tidak terlalu mengerti lagi apa artinya salib, karena kita tidak hidup pada zaman lampau. Tetapi untuk orang-orang yang hidup pada zama itu mereka tahu apa artinya salib, jauh lebih mengerti dari pada kita dan Yesus mengajak murid-muridNya untuk memikul salib, tentu saja ini adalah ajakan yang tidak enak, ajakan yang meresahkan dan menakutkan.

Continue reading

Kehadiran Allah: Sukacita dan Kegentaran

oleh Ev Eko Aria

Bacaan: Mazmur 17

Kita segera akan menutup tahun 2012 ini, 2012 terlewat begitu saja tanpa terasa dan nyaris tanpa makna. Salah satu ciri kehidupan saat ini adalah kedangkalan makna; dunia kita menghasilkan berbagai macam produk dan kita terus berlomba untuk membuat produk baru dalam percepatan yang semakin bertambah. Dari pager ke telepon genggam dan telepon genggam makin lama makin canggih dengan sangat cepat; dari harga yang mahal menuju semakin murah semakin multi fungsi semua melaju dengan sangat cepat. Manusia seolah dipaksa untuk berlomba dengan waktu yang terus berlari untuk mengejar perubahan-perubahan; memikirkan apa lagi yang akan dibuat; perkembangan dalam dunia teknologi secara khusus telah dengan sangat jelas kita saksikan. Dalam ukuran waktu yang sebenarnya tetap 24 jam sehari dan 365/366 hari setahun juga tersebut semakin lama kita semakin kekurangan waktu dan semakin panen kedangkalan.

Continue reading

Panggil Aku Mara

oleh Ev. Yadi Sampurna Lima

Bacaan: Rut 1

Bacaan: Rut 4

Elimelekh (namanya berarti: Allahku adalah raja) mengungsi ke negeri kafir: Moab. Alasannya sederhana saja, di negeri Israel, yang Allahnya janjikan akan selalu melimpah dengan ‘susu dan madu’, ada kelaparan (Rut 1:1). Dari Bethlehem (nama itu artinya: rumah roti – suatu ironi yang lain) ia pergi ke negeri asing untuk mencoba peruntungannya. Di tanah asing itulah Elimelekh mati dengan tiada kesempatan untuk melihat tanah kelahirannya kembali. Kedua anak lelakinya segera menikah – dengan perempuan-perempuan lokal. Lalu kedua anak lelaki Naomi itu meninggal dunia, meninggalkan tiga janda malang, ibu mereka, Naomi, istri-istri mereka Orpa dan Rut. Kematian kedua anak Naomi bukanlah sesuatu yang terlalu wajar. Mereka berdua masih terlalu muda untuk mati.

Continue reading

Renungan (Rut 1:17)

… di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut! (Rut 1:17).

Ayat ini biasa diucapkan dalam janji nikah bukan? Tapi coba perhatikan, konteks aslinya ternyata bukan dalam hubungan antara suami dan isteri melainkan antara dua perempuan: hubungan mertua perempuan dengan menantunya perempuan. Alangkah sentimentalnya perkataan ini, demikian pendapat beberapa orang. Namun, bicara tentang sentimental, sebenarnya kalimat dari Orpa juga cukup sentimental: “Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu” (ayat 10). Sampai pada ayat ini kedua-dua menantu Naomi sama-sama memiliki solidaritas untuk tetap mau tinggal bersama dengannya. Lalu mengapa akhirnya Orpa meninggalkan Naomi juga? Orpa meninggalkan Naomi setelah Naomi mengucapkan satu kalimat fatal yang tidak mungkin bisa dipahami oleh Orpa: “… bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?” (ayat 13). Apalagi yang akan mengikat Orpa untuk tetap tinggal bersama dengan mertuanya? Mertuanya sendiri berpendapat bahwa TUHAN sedang berperang melawan dia! Dan justru di sinilah letak perbedaan Orpa dan Rut.

Continue reading

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi (Kej. 1:1).

Begitu sederhananya ayat pertama dari Kitab Suci yang kita percaya. Permulaan Kitab Kejadian tidak memberikan argumen yang panjang lebar tentang mengapa Allah itu ada. Sebaliknya, keberadaan Allah merupakan asumsi dasar yang tidak perlu dipersoalkan lagi. Di tengah-tengah dunia yang memperdebatkan apakah Allah berada atau tidak berada, Kitab Kejadian langsung memulai dengan Allah, Pencipta langit dan bumi. Kitab Kejadian adalah kitab asal-usul (genealogi): baik asal usul bangsa Israel (cerita Abraham, Ishak dan Yakub) maupun juga akhirya asal usul seluruh umat manusia. Manusia tidak mungkin mengerti keberadaannya sekarang tanpa mengetahui asal usulnya. Alkitab mengatakan bahwa manusia, ya, seluruh alam semesta itu diciptakan.

Continue reading

Transfigurasi Yesus

Bacaan: Lukas 9 : 24 – 36

Tiga minggu lalu sudah kita bahas sampai ayat 23 dan ayat 24 coba kita review sedikit, di situ Yesus memberikan satu pengajaran yang paradoks, waktu Dia mengatakan, barang siapa yang menyelamatkan nyawanya akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Yesus, dia justru akan menyelamatkannya. Bagian ini berkait sangat erat dengan ayat sebelumnya waktu kita membaca ayat 23, Yesus menantang murid-muridNya dan saya percaya kita semua juga untuk mengikut Dia, menyangkal diri, memikul salib setiap hari, sebagai satu gambaran ekspresi mengikut Yesus. Ajakan ini kalau kita dengar begitu saja seperti tampak menakutkan, membuat kita memiliki hati yang takut dan gentar, apalagi dengan satu gambaran salib.

Continue reading

Ke mana mereka pergi?

Bacaan: Yohanes 10:10-18

Pergi dari rumah jam berapa? Naik apa tadi? Ke mana? Pertanyaan seperti ini wajar kita ajukan ketika kita mendapati salah seorang anggota keluarga yang kita kasihi ternyata sedang tidak berada di rumah. Namun ‚kekuatiran‘ seperti ini hanyalah sesaat saja, karena kita tentunya berharap bahwa dia pasti akan kembali pulang ke rumah. Pertanyaan akan menjadi jauh lebih menguatirkan jika ternyata kepergian itu adalah sebuah kepergian ke dunia yang lain, dunia yang tidak kelihatan, ke mana kita tidak/belum bisa menyusul mereka. Mereka yang telah menyatakan dengan jelas iman percaya mereka kepada Yesus Kristus selama kita sedang bersama dengan mereka tentunya akan tidak menguatirkan karena kita percaya mereka sudah pasti akan bersama dengan Kristus di Firdaus. Namun pertanyaan yang menghantui bisa timbul jika kita tidak mendengar pengakuan verbal sama sekali dari anggota keluarga yang kita kasihi itu bahwa ia memang sungguh-sungguh telah menerima Kristus dalam hatinya. Bagaimana saya bisa percaya bahwa dia bersama dengan Kristus di Firdaus setelah kematiannya?

Continue reading

Tamar

oleh Ev. Yadi Sampurna Lima

Bacaan: Kejadian 37:36

Bacaan: Kejadian 39:1

Pergumulan Tamar dengan Yehuda (anak Lea) dimulai dari serangkaian kematian yang dialami anak-anak lelaki Yehuda yang dinikahkannya dengan ‘perempuan itu’. Er, suami Tamar yang pertama adalah ‘jahat di mata Tuhan’ sehingga harus mati sebagai hukumannya (Kej. 38:7). Tidak dijelaskan oleh si penulis seperti apakah kejahatan si Er ini, tetapi yang jelas penyebab kematian Er bukanlah Tamar, sebagaimana dituduhkan Yehuda di kemudian hari. Posisi Er sebagai suami Tamar, sebagaimana menjadi kebiasaan di tengah Israel, digantikan oleh adik lelakinya, Onan. Tetapi Onan inipun melakukan yang ‘jahat di mata Tuhan’ dengan cara menolak untuk ‘membangkitkan keturunan’ bagi kakaknya (ay. 10). Habis sudah kesabaran Yehuda. Semua salah perempuan itu.

Continue reading

  • 1
  • 2
  • 5

© Copyright 2017 Sola Dei Gloria. All Rights Reserved.