Doa Lea dan Jawaban Allah
by: Ev. Yadi Sampurna Lima
Bacaan: Kejadian 29:13-35
Bacaan: Kejadian 30:1-24
Lea dapat saja menyalahkan semua orang, terutama ayahnya, suaminya, dan adiknya, untuk nasib buruk yang dialaminya. Hidup Lea memang berat. Lahir dengan penampilan yang tidak terlalu menarik, ia selalu menjadi bayang-bayang dari adiknya sendiri, kembang desa di tempat Laban tinggal. Setelah malam pertama yang traumatis, dan minggu perkawinan yang aneh dengan keponakan ayahnya yang marah (karena sebenarnya Rahel, si kembang desa, itu lah yang diincar oleh Yakub – ia berkerja tujuh tahun tanpa digaji demi dapat menikahi Rahel), kembali hidupnya dihantui oleh kehadiran adiknya yang menjengkelkan itu. Seumur hidup perkawinannya denga Yakub, Lea tidak pernah sungguh-sungguh dicintai. Ia selalu menjadi noda dalam kebahagiaan hidup orang lain. Di dalam masa kecilnya, kemungkinan besar ayah dan ibu mencurahkan kasih sayang dan perhatian sepenuhnya kepada Rahel yang cantik, sedangkan Lea, si bebek buruk rupa, selalu menjadi nomor dua (mengenai penampilan keduanya anda bisa melihat Kej 29:17).
Ketika ia menikah, hal yang sama terulang kembali. Kalau dipikir-pikir ini memang bukan salah siapa-siapa. Adalah ‘alamiah’ dan wajar jikalau orang pada umumnya menyukai wajah yang cantik dan kurang menyukai wajah yang biasa-biasa saja, apalagi wajah yang tak sedap dipandang. Tetapi tentu anda tidak akan berpendapat itu adalah hal yang wajar jikalau yang mengalami ketidak-adilan dan kejamnya kehidupan ini adalah anda sendiri.
Setiap kali Lea hamil dan melahirkan anak, hatinya dipenuhi harapan, “Kali ini suamiku akan mengasihiku (Kej 29:31-35; 30:17-21).” Tapi para pembaca tentu tahu, harapannya itu tak pernah sungguh-sungguh terwujud. Bahkan ketika saat kritis tiba, ketika Yakub harus menghadapi hantu masa lalunya, yaitu Esau, saingan yang adalah kakak kembarnya itu, yang ia kira datang untuk membunuh dia dengan 400 pasukan (lihat Kej 27:41 32:6, dan 33:2), Yakub menempatkan Lea dan anak-anaknya sebagai perisai hidup! Yakub tidak bisa ditarik hatinya kepada Lea dengan banyak anak-anak. Padahal di jaman itu, mengharapkan suami akan lebih mengasihi setelah anda memberinya banyak anak adalah hal yang wajar. Rahel mengalami hal ini secara berkebalikan. Adalah wajar saja jika seorang suami pada jaman itu menceraikan istri-istrinya yang mandul. Tapi, seperti suami dari Hana, Yakub ini tidak menjadi kurang sayang kepada Rahel hanya karena ia tak mampu memberinya anak. Ini suatu ketidak-normalan yang hebat di pihak Yakub, mengingat urusan mendapatkan keturunan ini urusan yang amat sangat penting dalam sebuah pernikahan di jaman itu. Jadi baik pengharapan Lea pada anak-anak yang terus dilahirkannya bagi Yakub (sampai enam anak lelaki plus satu perempuan totalnya) maupun rasa frustrasi yang dialami Rahel ketika Allah tak kunjung memberinya anak adalah sangat wajar. Tetapi memang Yakub bukanlah lelaki biasa. Ia tetap tidak bisa dibelokkan hatinya kepada Lea, walaupun Lea telah memberinya banyak sekali anak-anak, maupun dibelokkan dari Rahel, walaupun Rahel itu mandul. Artinya, segala pergumulan kakak-adik Lea-Rahel ini adalah suatu kesia-siaan. Memberikan banyak anak ataupun tidak memberikan anak seorangpun sama sekali tidak ada artinya bagi cinta Yakub.
Tentu saja kisah asmara segitiga antara Yakub, Rahel, dan Lea ini bukanlah cerpen yang sekedar bertujuan menghibur. Mereka yang memasukkannya dalam komposisi kitab Kejadian memaksudkannya sebagai suatu gambaran mengenai siapakah Allahnya bangsa Israel, yaitu Allahnya Abraham, Ishak, dan Yakub dan bagaimana Israel bergulat dengan Allahnya itu dan dengan bangsa-bangsa lain. Dalam perikop yang barusan kita baca ini, Allahnya Yakub berbelas kasihan kepada Lea yang tidak dicintai itu. Ia memberinya anak. Banyak sekali anak-anak. Anak-anak lelaki lagi! Pemberian yang sangat berharga itu, walaupun tidak berhasil memenuhi apa yang paling diharapkan Lea, yaitu cinta suaminya, tetapi pemberian-pemberian itu justru membawa Lea kepada posisi yang lebih mulia lagi. Dua dari anak-anak Lea dipakai Tuhan dengan sangat dahsyat melampaui imajinasi Lea: Yehuda menjadi nenek moyang dari raja-raja Israel yang paling legendaris – Daud, Salomo, dan Yesus Kristus sendiri; sedangkan Lewi menjadi bapak leluhur dari Musa dan Harun. Lea menjadi ibu dari suku-suku Israel yang paling penting! Jika saja ia menyadari apa yang sedang Allah kerjakan melalui perkawinannya yang berkubang air mata itu! Tentu saja menjadi ‘ibu dari suatu bangsa yang besar’ adalah sama baiknya (kalau bukan jauh lebih baik!) daripada mendapatkan kasih Yakub. Persaingan antara Lea dan Rahel untuk memperebutkan cinta Yakub telah menjadi obsesi yang amat mendominasi kehidupan mereka berdua, tetapi Allahnya Yakub menebus situasi yang ‘bobrok seperti biasanya’ ini dengan cara-cara misterius yang melampaui segala hikmat manusia. Lea mungkin tidak pernah sepenuhnya menyadari betapa hebat cara Tuhan memakai dia dalam sejarah penebusan, tetapi apa yang Tuhan kerjakan sama sekali tidak berkurang kehebatannya karena itu. Urusan keturunan Yehuda dan Lewi suatu hari kelak dipakai Tuhan dengan dahsyat tidak menjadi perhatian Lea (bahkan mungkin tidak menjadi perhatian utama Yehuda dan Lewi juga), tetapi Allahnya Abraham, Ishak, dan Yakub tidak gagal seinchipun untuk menyalurkan penebusan dan pemulihan kemuliaan dalam ciptaan melalui mereka. Laus Deo!
Pertanyaan Renungan
- Apakah yang menjadi kesedihan, pengharapan, dan kegembiraan Lea dalam pernikahannya dengan Yakub?
- Dengan cara apakah Tuhan menghibur hati Lea? Apakah Lea benar-benar menghargai pemberian Allah itu? Apakah pemberian Allah bagi Rahel? Bagaimanakah Rahel melihat pemberian itu? Apakah ia bersyukur karenanya?
- Gambaran Allah yang seperti apakah yang ingin ditampilkan sang narator dalam kisah ini? Dalam hal apakah anda dapat mengenali karakter Allah Israel yang membawa bangsa Israel keluar dari penindasan di Mesir dan yang menggenapkan penebusan di dalam pekerjaan-Nya yang dahsyat melalui pemberitaan, tindakan, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di seputar Yesus Kristus?
- Apakah yang menjadi pergumulan anda dalam kehidupan mengikut Yesus Kristus? Apakah yang menjadi doa anda? Bagaimanakah jawaban Allah? Apakah anda dapat mengenali dengan cara apa Allah sesungguhnya ingin memakai hidup anda dengan cara-cara yang mungkin tidak menarik atau berkesan bagi anda?